Membantu Remaja Membangun Pertahanan Diri
0 komentar Senin, 02 November 2009Di kisah-kisah keagamaan sering kita dengar cerita mengenai betapa misteriusnya jalan seseorang menuju surga atau neraka itu. Misalnya diceritakan seorang yang sangat nakal pada waktu mudanya, tetapi kemudian punya komitmen untuk bertobat. Belum juga menjalankan tobatnya, namun ajal sudah menjemputnya. Setelah dikalkulasi, ternyata hatinya sudah lebih condong pada pertobatan. Masuklah ia ke surga dengan komitmen itu.
Begitu juga jalan ke neraka. Misalnya dikisahkan ada orang yang sangat taat beribadah. Saking seriusnya beribadah, sampai-sampai ibunya yang janda dan sudah tua tak didengar panggilannya. Setiap kali ibunya memanggil, lelaki ini sedang konsentrai ibadah. Berkali-kali memanggil namun tak dijawab, kesallah sang ibu. Ibunya ini kemudian menyebut si anak sebagai anak durhaka. Masuklah lelaki itu ke neraka atas kedurhakaannya. Dan masih banyak cerita lain yang serupa. Cerita-cerita itu hampir seluruhnya tak bisa diverifikasi kapan terjadinya dan dilakukan oleh siapa. Umumnya, cerita itu dikisahkan untuk diambil pelajarannya. Apa pelajarannya? Pelajarannya adalah, jalan ke surga itu memang hanya bisa ditempuh dengan berbuat baik, tetapi jangan sampai kita terlalu sombong dengan kebaikan kita, sebab kebaikan kita itu masih belum cukup untuk masuk surga. Modal untuk masuk surga adalah kebajikan kita dan kebaikan Tuhan (rahmat) atau faktor X. Ini supaya tidak sombong dan tidak pula terlalu mengandalkan kebaikan Tuhan.
Kalau saya mengingat ungkapan orangtua remaja mengenai masa depan anaknya, cerita di atas sangat pas dijadikan pelajaran. Dengan semakin dahsyatnya ancaman narkoba dan narkotika yang mengincar remaja, maka orangtua manapun tak boleh sombong atau terlalu pede akan keselamatan anaknya sehingga cenderung mengabaikan. Atau juga terlalu pesimis sehingga mengandalkan kebaikan Tuhan. Data Depkes (2003) menyebutkan, 70% pengguna narkoba adalah remaja yang duduk di SMP, SMA, dan PT.
Kalau melihat laporan beberapa rumah sakit dan lembaga psikiater, sebab-sebab yang menjerumuskan remaja ke lembah hitam itupun sebagian besarnya di luar kontrol orangtua. Laporan menyebutkan, sebab-sebab itu antara lain: rasa ingin tahu, ajakan teman, pelarian masalah, ketidak-harmonisan keluarga, dan kuatnya jaringan pemasaran narkoba.
Meski tak boleh terlalu pede, tapi kita perlu sadar bahwa jalan menuju keselamatan adalah memberikan bekal sebaik mungkin melalui pengasuhan. Atau dengan kata lain, kita tidak boleh terlalu optimis atau terlalu pesimis yang berujung pada praktek kurang memperhatikan. Yang perlu digalakkan adalah optimisme membumi dimana kita menggunakan harapan itu untuk mengambil tindakan pencegahan dan penyelamatan dengan tetap meminta pertolongan kepada Tuhan.
Psikologi Remaja
Sejumlah pakar psikologi menyebutkan, karakteristik psikologis remaja itu antara lain pencarian identitas dan pencarian peranan. Atau, mereka ingin mengetahui jawaban dari pertanyaan yang selalu muncul mengenai, siapa aku ini sebenarnya, peranan apa yang pas untuk diriku, apa kelebihanku, siapa pendampingku untuk membesarkan anak-anak nanti, dan lain-lain.
Remaja yang bernasib baik, dalam arti mendapatkan bantuan yang memadai dari orangtua, entah dalam bentuk pendampingan mengungkap kelebihan, memberikan lingkungan yang mendukung, menegaskan peranan dengan pelibatan keputusan atau membekali nilai-nilai yang mengokohkan jiwanya, akan berpeluang lebih cepat menemukan identitas dan peranan.
Itulah sering kita temukan remaja yang tumbuh dari keluarga kurang berada, tapi sudah diberi penyadaran mengenai peranannya yang harus membantu orangtua atau menyekolahkan adik-adiknya, biasanya lebih cepat punya kesadaran peranan. Atau juga remaja dari kalangan berada yang sudah mendapatkan transformasi ideologi atau visi hidup dari orangtuanya. Menancapnya identitas-diri sangat membantu mereka melawan ancaman dan godaan.
Tapi memang dalam prakteknya pasti itu tidak mudah. Niat baik orangtua belum tentu dipersepsikan baik oleh mereka atau juga tidak semua orangtua mampu memahami ke-belum-stabilan mental, emosi, dan moralnya. Sehingga yang muncul adalah penghakiman, pertentangan, dan konflik. Itulah kenapa Erikson, seperti dikutip James W.Vander Zanden (1989), berkesimpulan, semua remaja rentan terhadap bahaya yang terkait dengan konsistensi moralnya, keharmonisan sosialnya atau kerapuhan identitasnya.
Biasanya, untuk remaja laki-laki, mereka mengekspresikan kebingungannya dalam bentuk perlawanan ke luar (outward rebellion), misalnya melawan orangtua, sekolah, atau lingkungan. Sedangkan untuk remaja perempuan lebih mengarahkan perlawanan ke dalam (inward), misalnya memendam depresi, menyendiri, atau acuh-tak-acuh.
Karakteristik lain adalah adanya paradok dimana mereka mempersepsikan diri sebagai jagoan (The Super Me) dan ingin dianggap seperti itu, tetapi karena kerapuhan identitasnya, mereka juga menampilkan apa yang disebut ”Extreme agree-disagree”, gampang ikut-ikutan atau gampang musuh-musuhan, termasuk terhadap orangtua.
Sekitar tahun 1999-an, saya mendapatkan tugas mendampingi remaja yang ayahnya sangat saya kagumi prestasinya. Lama-lama remaja ini tahu kalau saya adalah orang suruhan ayahnya. Kepada saya, dia bilang bahwa peperangan ini berawal ketika dia periksa handphone ayahnya yang tidak menyimpan namanya. Sementara, dia lihat di situ ada nomor dua kakaknya yang perempuan. Ceritanya, dia tersinggung berat atas kekhilafan ayahnya itu.
Pengasuhan Versus Hiburan
Kalau melihat bagaimana karakter dan kepribadian manusia itu terbentuk, ternyata yang paling dominan dibutuhkan remaja adalah pengasuhan, dalam arti ”human touch”. Khusus untuk remaja sampai pemuda (SMP-PT), bentuk pengasuhan yang paling mempengaruhi adalah:
· Menciptakan suasana rumah tangga yang jauh dari ketidakharmonisan
· Membantu mereka menemukan lingkungan sosial yang mendukung
· Membantu mereka dengan membiasakan pola tingkah laku positif
· Membantu mereka memahami / mempraktekkan nilai-nilai
· Membantu mereka menemukan figur / tokoh idola yang mendukung
· Membantu mereka menafsirkan pengalaman hidup secara positif
Ini berbeda ketika manusia itu masih bayi / anak-anak. Khusus untuk usia ini, manusia lebih mendominankan kedekatan dengan sang ibu, gizi, atau contoh dari orangtua. Tapi tidak berarti remaja sudah tidak membutuhkan itu semua. Gizi, kedekatan, atau contoh itu tetap dibutuhkan. Hanya saja, jangan sampai kita terus berkutat memperhatikan gizi dan hiburannya, sementara kita meluputkan perhatian pada suasana rumah tangga, figur, atau pemahaman nilai.
Terbukti, data polling mengungkap, kebanyakan orangtua saat berbicara dengan remajanya hanya mengangkat persoalan sepele, seperti cek-cok dia dengan saudara kandungnya, menu makanan, kebersihan kamar, atau yang semisalnya. Sementara, topik-topik krusial jarang dikemukakan, seperti bahaya seks bebas, narkoba, atau yang semisalnya. Kenapa?
Ini juga terkait dengan sejauhmana kerentanan mereka terhadap ancaman narkoba. Sangat mungkin remaja menjadi semakin rentan jika suasana rumahnya dipenuhi konflik atau ketidakharmonisan. Untuk melepaskan beban pikiran akibat memikirkan hubungan orangtuanya, dia lari ke sana atau tertangkap basah oleh pengedar. Melakukan sidak ke kamar mereka untuk mengetahui siapa yang diidolakan juga menjadi penting. Banyak orangtua yang memberi privasi berlebihan ke remaja sehingga tidak tahu figur idolanya dari kalangan mana. Sempat dia berkiblat pada kelompok yang sangat dekat dengan penyalahgunaan narkoba, bukan tidak mungkin dia akan mengembangkan imajinasi betapa indahnya narkoba itu.
Pemahaman nilai-nilai juga penting. Berbagai temuan mengungkap kian banyaknya remaja yang depresi karena nilai yang diserap adalah tontonan televisi yang mengangkat kemewahan hidup, sementara kondisi riil orangtuanya berbeda 200 derajat. Mereka sudah hafal feature hape canggih, mobil mewah atau kafe mahal, sementara orangtuanya tak sanggup membiayai obsesi itu. Akibatnya stress, depresi, atau delusi mental.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Tujuan kita membantu mereka adalah agar bisa membangun pertahanan secara mandiri, seperti yang sudah kita bahas di bagian 2, bukan supaya selalu bergantung kepada kita. Agar tujuan itu tercapai, tentu dibutuhkan beberapa hal yang sangat mungkin kita lakukan. Ini misalnya antara lain:
1. Membantu mereka menyalurkan energi, inisiatif, dan motif dengan kegiatan positif, sesuai keadaan kita. Jiwa dan raga yang kosong adalah musuh mereka karena dari sinilah berbagai kenegatifan itu datang, misalnya hilangnya identitas dan kesadaran berperan (the nobody person)
2. Membuka kemudahan untuk berbagi atau berdiskusi dengan mengubah pendekatan menjadi semakin friendly. Ini akan mempercepat kesadaran mereka terhadap peranan siapa dirinya setelah sering berdialog dengan kita.
3. Membantu mereka menjajal idenya dengan memberi kesempatan, misalnya ingin berusaha, ingin mengikuti perlombaan atau apa saja supaya identitas dan peranannya muncul.
4. Membantu mereka dengan berdisiplin, terutama yang terkait langsung dengan kemampuan mengontrol-diri, misalnya beribadah, mengelola uang, atau tugas lain yang menyadarkan mereka akan akibat dari prilakunya.
5. Menyediakan informasi / pengetahuan mengenai bahaya dari berbagai perilaku negatif, misalnya narkoba, pergaulan bebas, dan lain-lain.
6. Sering mengangkat nilai-nilai kearifan hidup dalam perbincangan rumah tangga supaya mereka terbentengi dari pengaruh yang tidak kita inginkan, entah dari tontonan, pergaulan, atau apa saja.
7. Membantu mereka memperkuat perjuangan meraih cita-cita / impian dengan sekuat kemampuan kita dan menyiapkan berbagai jurus pendampingan ketika menghadapi kegagalan supaya langkahnya tetap positif.
Ada contoh baik dari para nabi soal ini. Para nabi itu meski sudah diangkat sebagai manusia pilihan, namun tetap berdoa untuk kebaikan anaknya di masa depan, tidak terlalu optimis atau tidak terlalu pesimis. Artinya, selain perlu menempuh cara-cara yang logis, perlu juga menemuh cara yang beyond logic, seperti mendoakan mereka, bersedekah, menghindarkan mereka dari harta yang haram, dan lain-lain. Agama mengingatkan, keringat itu menetes.
Memandang Sebagai Aset
Kondisi rumah tangga orangtua bisa berubah drastis suksesnya atau sebaliknya. Dilihat dari pengaruh, baik kesuksesan atau sebaliknya, sama-sama bisa menjadi pemicu keburukan bagi sebagian remaja, misalnya mendadak menjadi bos foya-foya atau berubah pergaulannya dan penampilannya atau mendadak menjadi frustasi, protes keadaan, protes Tuhan, dll, setelah melihat kondisi orangtuanya.
Ketika masih sama-sama remaja, ayah dari seorang teman ingin menjagokan lurah dengan resiko butuh biaya dan menjual tanah, sekaligus juga ada peluang di sana. Teman saya yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan ini ternyata sangat lebih empatik ketika melihat ayahnya kalah dan sawahnya habis terjual. Tapi adiknya yang merasa tidak dilibatkan, lebih punya pandangan yang tidak bisa menerima realitas sampai kemudian muncul tanda-tanda frustasi.
Nah, sebagai pelajaran, barangkali akan ada baiknya kalau kita mulai melihat remaja sebagai aset yang punya pengaruh aktif terhadap berbagai keputusan penting keluarga. Jangan sampai keteledoran atau pun kesibukan kita, membuat mereka merasa terabaikan, atau malah terkena getahnya saja. Di dalam proses waktu berjalan, bisa-bisa mereka punya penafsiran sendiri yang tidak sinkron dengan keluarga, apalagi dengan realita. Berabe ‘kan? Semoga bermanfaat.
Sumber: Ubaydillah, AN (www.e-psikologi.com)
Cara-Cara Memelihara Persahabatan
1 komentar Selasa, 20 Oktober 2009Terbentuknya Persahabatan
Kita semua tentu punya alasan sendiri mengapa memilih untuk membangun persahabatan. Pada umumnya, hubungan itu timbul karena perasaan yang merasa ada keterikatan (attachment): senasib sepenanggungan, sevisi, seminat, dan seterusnya dan seterusnya. Atau ada juga yang karena saling-bergantungan (interdependence): membutuhkan bantuan, dukungan, dan lain-lain.
Dalam praktiknya, persahabatan itu kita bedakan dengan pertemanan. Perbedaan yang paling menonjol terletak pada intensitas keterlibatan emosi dan komitmen. Oleh karena itu, terkadang tidak cukup kita mengatakan ”friend” untuk menyebut seorang sahabat, tetapi masih kita tambah dengan kata sifat "close friend". Kalau mengacu ke teori hubungan antarpribadi menurut Verderber & Verderber (Hanna Djumhana Bastaman, M.Psi, 1996) persahabatan itu mungkin istilahnya adalah Deep Friendship. Berdasarkan skala intimasi dan komitmen yang muncul, hubungan antarpribadi itu dikelompokkan menjadi seperti berikut ini:
1. Aquintance Relationship (perkenalan biasa)
2. Friendship Relationship (pertemanan karena kesamaan minat, sifat, dan kepentingan).
3. Role Relationship (hubungan berdasarkan peranan atau kepentingan)
4. Deep Friendship or Intimate Relationships (Hubungan yang sudah melibatkan emosi dan komitmen)
Dari bukti-bukti di lapangan ditemukan bahwa persahabatan yang bagus itu punya banyak manfaat. Salah satunya adalah bisa mencegah hipertensi (Reardom, Interpersonal Communication: Where Minds Meet, 1987). Secara kesehatan dijelaskan bahwa hipertensi adalah tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi dari yang normal karena ada penyempitan pembuluh darah atau karena sebab lain. Bisa juga berguna untuk menurunkan dan mengurangi potensi stress atau depresi.
Misalnya saja Anda saat ini sedang belajar di lembaga pendidikan yang menerapkan disiplin tegas. Namanya disiplin, pasti maksudnya baik. Namun, dalam eksekusi di lapangannya, pasti juga ada kemungkinan munculnya penyimpangan prosedur oleh individu yang tak jarang menimbulkan tekanan, ketegangan, atau himpitan. Dengan memiliki cantolan klub, forum, atau kelompok yang tingkat persahabatannya bagus, itu akan bisa membuat kita lebih sabar dan terhibur.
Apabila melihat temuan Maslow, ternyata salah satu karakteristik self-actualized person itu adalah punya sahabat atau kenalan yang jumlahnya sedikit namun berbobot intimasi dan kualitasnya (Human Development, Vander Zender, 1989). Ini mungkin bisa kita tafsirkan bahwa mereka itu punya sahabat atau orang dekat. Tafsiran ini memang seringkali sinkron dengan realitas yang kerap kita temui di lapangan. Banyak 'kan kita mengenal sejumlah tokoh atau orang-orang tertentu yang berprestasi di bidangnya (di semua level) yang ternyata dulu mereka bersahabat dengan orang-orang tertentu dan persahabatan itu berlangsung sampai sekarang.
Bahkan, kata orang, Tuhan itu kalau mengangkat derajat seseorang jarang secara individu. Tuhan itu mengangkat derajat seseorang sekaligus dengan kelompoknya. Ini tentu refleksi personal yang subyektif. Tapi memang secara rasional, ungkapan itu ada rujukannya. Karena mereka yang bersahabat itu membangun kedekatan lahir dan batin, sudah barang tentu mereka punya mindset yang sama, kultur hidup yang sama, atau karakter yang sama. Logikanya, ketika orang sudah dibentuk oleh prinsip-prinsip yang sama, maka sangat mungkin mereka mendapatkan nasib yang sama.
”Isi pikiranmu membentuk tindakanmu, tindakanmu membentuk kebiasaanmu, kebiasaanmu membentuk karaktermu, karaktermu membentuk nasibmu.” (Aristotle)
Jadi, yang menyebabkan mereka punya kesamaan nasib, bukan kesamaan kelompoknya, melainkan kesamaan isi pikiran, tindaan, kebiasaan, dan karakter.
Kapan Kendor & Kapan Pecah
Dalam prakteknya, persahabatan itu bisa kendor dan bisa pula pecah. Secara umum, kendornya intimasi persahabatan itu mulai muncul ketika masing-masing atau salah seorangnya sudah punya kepentingan dan kebutuhan yang ditandai dengan berubahnya status. Misalnya saja dari mahasiswa ke pekerja atau dari bujangan ke ber-rumahtangga, dari orang biasa ke orang penting.
Kalau menurut ucapannya Sigmund Freud, orang dewasa itu isi pikirannya yang paling dominan hanya dua: to love and to work. Mereka berkonsentrasi pada keluarga (to love) dan kerjaannya (to work). Kohesi persahabatan yang terjadi pada kehidupan orang dewasa biasanya adalah lanjutan dari persahabatan sebelumnya atau karena kepentingan dan kondisi yang dirasakan sangat spesifik (benar-benar senasib).
Ini kerap terjadi pada tenaga kerja atau pelajar di luar negeri. Karena sama-sama senasib, sama-sama dari Indonesia, sama-sama punya kepentingan yang sama, dan merasakan keadaan yang relatif sama, maka persahabatan terbentuk. Tapi, menurut kebiasaan, persahabatan yang terbentuk ketika usia seseorang sudah banyak kepentingan, memang rasanya beda dengan ketika seseorang masih di usia remaja atau dewasa muda.
Nah, lalu kapan persahabatan akan terancam bubar? Masalah yang melatarbelakangi bubarnya persahabatan itu pasti bermacam-macam. Menurut Duck (1985), biasanya fase-fase bubarnya hubungan (disolusi) itu diawali dari proses di bawah ini:
1. Ketidakpuasan dari hubungan itu. Misalnya saja kita menerima perlakuan yang tidak fair, atau persahabatan yang ada tidak membuahkan hasil-hasil tertentu seperti yang semula dibayangkan. Misalnya saja persahabatan karena narkoba.
2. Upaya menarik diri. Kita sudah merasa tidak cocok lagi atau ada keinginan untuk menentang atau juga kita menarik diri. Bisa juga setelah kita menghitung untung-rugi, manfaat-keuntungan.
3. Mempraktekkan keputusan unuk menghindar atau menjauh
Bisa juga disolusi itu terjadi sesuai dengan urutan yang ditemukan Hawk Williams (The essence of managing group & teams, 1996) berikut ini:
1. Ada problem yang kita jumpai (menurut versi kita) pada dia
2. Kita membiarkan / tidak menunjukkan problem itu kepada orang yang kita anggap punya masalah dengan kita
3. Problem itu tetap muncul atau terus bertambah
4. Perasaan negatif terus menggunung/ mengakumulasi
5. Kita kehilangan perspektif tentang orang itu.
Dalam organisasi kepemudaan yang rata-rata kita lihat mereka bersahabat, urutan di atas kerap terjadi. Si A dipandang telah sering melakukan tindakan yang melanggar prinsip dasar organisasi. Karena bersahabat, mereka tidak langsung menegur atau mengingatkan secara terang-terangan. Si A sendiri tidak sensitif menangkap gelagat ketidaksetujuan para sahabatnya. Proses ini terus berlanjut dan masing-masing pihak menyimpan bara api ketidaksetujuan dan ketidakpedulian di dadanya. Hingga pada puncaknya, Si A dipecat dari organisasi itu. Jika Si A tidak terima, terjadilah upaya saling menjatuhkan dimana masing-masing orang kehilangan perspektif persahabatannya.
"Hindarilah bersahabat dengan orang yang membohongimu, hindarilah bersahabat dengan orang yang memanfaatkanmu, dan hindarilah bersahabat dengan orang menjerumuskanmu"
(Ali bin Abu Thalib)
Beberapa Cara Mempertahankan Persahabatan
Untuk persahabatan yang tengah kendor intimasinya karena ada perbedaan dan perubahan, hal-hal yang bisa kita lakukan adalah:
Pertama, menjaga ritme dan frekuensi hubungan. Jangan terlalu sering atau jangan sama sekali putus hubungan. Aturlah ritme dan frekuensinya. Kenapa? Jika Anda terlalu sering, padahal status dan peranan sahabat Anda itu sudah tidak seperti dulu lagi, akan lain tafsirannya. Tapi jika hubungan itu terputus sama sekali, ini juga tidak tepat.
Jika kebetulan nasib kita ternyata lebih di atas, akan lebih bagus kalau kita yang berinisiatif memulai memelihara persahabatan itu. Kalau memungkinkan dan itu dibutuhkan, yang perlu kita lakukan bukan semata 'say hello' atau sekedar bernostalgia, melainkan juga perlu merambah ke gagasan-gagasan pemberdayaan, entah untuk sahabat kita yang lain atau untuk orang lain.
Kedua, hormati privasinya. Dengan peranan dan status yang sudah tidak seperti dulu lagi, tentu sahabat kita ini memiliki aturan hidup yang baru, entah itu terkait dengan keluarganya atau pekerjaannya. Agar persahabatan tetap terjaga, yang perlu kita lakukan adalah menghormati privasinya. Bahkan juga tidak saja perlu menghormati dia semata, tetapi juga orang-orang penting di sekitarnya, misalnya saja suami-istri, atasan-bawahan, dan lain-lain.
Apabila kita berada di posisi yang sebaliknya (orang yang dicari), yang perlu kita hindari adalah curiga duluan kalau sahabat kita ini pasti membawa masalah atau mau minta bantuan, hanya memberi nasehat dengan cara merendahkan, hanya memamerkan kekayaan (unjuk-diri), atau memperlakukannya terlalu formal dan menunjukkan kesan terlalu menjaga wibawa.
Ketiga, hindari meminta bantuan dengan nada dan gaya menuntut (demanding) kecuali memang ada suasana psikologis yang mendukung dan itu tidak melibatkan orang lain selain sahabat Anda. Lebih-lebih, karena tuntutan kita tak terpenuhi, kita kemudian menyebarkan gosip tak sedap, misalnya sahabat kita ini sekarang orangnya sudah lain, makin sombong, angkuh, tak peduli, dan lain-lain. Akan lebih sip kalau kita menempuh cara-cara profesional yang tetap mengedepankan etika dan strategi.
Bila kita berada di posisi sebaliknya, hindari mengeluarkan pernyataan semacam tidak bisa, itu sulit, atau itu tidak mungkin dan semisalnya dengan nada untuk menutup berbagai kemungkinan. Kalau kita tidak bisa membantu langsung, kita bisa membantu secara tidak langsung. Kalau kita tidak bisa membantu keinginannya, kita bisa membantu kebutuhannya. Intinya, munculkan semangat untuk membantu.
Itu semua bisa kita lakukan ketika persahabatan kita dulu adalah persahabatan dalam hal-hal yang positif. Untuk persahabatan yang negatif, tinggalkanlah dengan cara yang baik. Misalnya dulu kita punya geng yang suka narkoba. Karena kita sudah tobat, kita perlu memutus hubungan dengan sahabat-sahabat yang masih terlibat. Tujuannya adalah agar kita tidak terlibat lagi.
Adapun untuk kita yang masih dalam tahap sedang asyik-asyiknya menjalani hidup dengan persahabatan, beberapa hal yang perlu kita ingat adalah:
1. Nikmatilah persahabatan yang ada tetapi jangan sampai menghilangkan diri Anda. Jadikan persahabatan saat ini sebagai lahan untuk aktualisasi-diri dengan bertukar pengalaman, pengetahuan, informasi, berbagi perasaan, dan lain-lain. Termasuk juga jangan sampai persahabatan ini merenggangkan hubungan dengan orang-orang inti: orangtua dan keluarga. Anda tetap bisa bersahabat tanpa harus memunculkan ketegangan dengan orangtua atau keluarga
2. Inisiatifkan untuk memunculkan gagasan-gagasan positif, entah itu yang berkaitan dengan akademik atau non-akademik. Sebagai acuan, buatlah learning group (kajian akademik, dst), problem solving group (bantuan sosial, dst), atau growth group (pengasahan bakat, dst). Ini sangat bermanfaat bagi kemajuan Anda di masa mendatang.
3. Jagalah jangan sampai punya kepentingan yang bertabrakan dengan kepentingan sahabat. Bila itu terjadi, buatlah kesepakatan sefair mungkin dengan melibatkan sahabat lain.
4. Hormatilah dan jangan "memanfaatkan". Misalnya kita bersahabat dengan si anu karena orangtuanya kaya, terpandang, atau ada agenda politis yang kita sembunyikan untuk memanfaatkan sahabat kita. Bersahabatlah karena kecocokan jiwa.
5. Mendukung dan membantu. Banyak orang yang bisa membantu sahabatnya ketika sedang kesusahan tetapi tidak bisa mendukung sahabatnya yang sedang meraih kemajuan. Lawanlah iri dengki di dada dengan cara mendukung dan membantu.
6. Kembangkan perspektif yang fair. Biarpun itu sahabatmu, jangan sampai kehilangan perspektif yang fair. Sebab, pasti ada yang positif dan pasti ada yang negatif. Temukan positifnya sebanyak mungkin.
7. Biasakan saling memberi nasehat dengan cara yang bersahabat, bukan dengan cara menilai, mengoreksi, lebih-lebih membicarakannya di belakang.
”Sahabatmu adalah orang yang sudah tahu banyak tentang dirimu dan tetap bersahabat denganmu.”
Disarikan dari:: Ubaydillah, AN (www.e-psikologi.com)
Sejuta Backlink Gratis
0 komentar Jumat, 16 Oktober 20092.Trick and tips blogger
3.Tips Fengshui
4.Blog Akupuntur
5.bugar sehat
6.Info Kesehatan
7.Pasangan
8.Tutorial Blogger
9. Sundagasik
10. Aryasise's Blog
Sumber: Panduan Blogger Mania
Artikel ini dapat di baca juga di: Sundagasik
Ganti tulisan posting lama / home / baru /dengan ikon
0 komentarAda sedikit tips untuk membuat tulisan posting lama,posting baru,serta halaman awal dengan gambar atau ikon tertentu sesuai kesukaan anda,nah cara menggantinya dengan ikon gambar adalah sbb :
Photobucket Photobucket Photobucket
Mengganti tulisan "posting lama"
* Masuk ke blogger anda.
* Kemudian pada halaman dashboard klik tab Tata letak/layout
* Kemudian pilih tab "edit html"
* Beri tanda centang pada tulisan "expand template widget"
* Kemudian cari kode
* Setelah ketemu kemudian ganti kode tersebut menjadi alamat url gambar,misal di
* Kemudian save template
Mengganti tulisan "Halaman Awal / Home"
* Caranya seperti diatas namun untuk code html template yang harus di ubah adalah pada code
* Ubah code diatas sesuai alamat gambar url yang anda sukai,misal di
* Save template
Mengganti tulisan "Posting baru"
* Caranya seperti diatas juga,namun code html template yang harus anda rubah terletak di
* Setelah ketemu ubah dan ganti menjadi alamat url gambar atau ikon yang anda sukai,misal
* Save template.
Selesai lihat dulu blog anda,cara ini sedikit akan membuat kreativ blog anda dengan adanya ikon ikon yang anda kustomisasi sendiri.semoga bermanfaat.
Sumber: Panduan Blogger Mania
Tuhan, Dimanakah Keadilan-Mu
1 komentar Rabu, 20 Mei 2009Apalagi setelah SMP, harus berjalan kaki sejauh 14 kilometer bolak-balik. Berangkat pagi dan pulang sore atau malam hari. Belum lagi rintangan yang harus aku selesaikan. Panas-kepanasan, hujan-kehujanan. Pada musim hujan, dengan perut lapar setiap hari aku harus sabar menunggu banjir surut karena terlalu besar sungai yang harus aku sebrangi, dan tak mungkin menyeberang tanpa pertolongan orang kampung sekitar.
Sewaktu SMA, aku juga harus kost di kota yang jauh dari orang tua. Sebulan sekali aku pulang mengambil bekal. Memanggul beras dengan berjalan kaki puluhan kilometer untuk bekal hidup di kostsan. Uang makan hanya cukup untuk makan minggu pertama saja, tiga minggu berikutnya aku harus makan dengan garam.
Setelah lulus, setahun kemudian aku kuliah dengan keterpaksaan. Aku bilang begitu karena orang tuaku membiayai aku dengan mati-matian. Aku dititipkan pada saudara yang kebetulan rumahnya dekat dengan kampus di mana aku kuliah. Dengan harapan dapat mengirit ongkos dan biaya hidup, namun kondisinya juga sangat memprihatinkan, anaknya banyak. Pernah sekali waktu aku pulang kuliah karena saking lapernya air kobokan aku minum. Aku sangka itu sayur yang tinggal kuahnya, sebab di meja makan tidak ada yang lain.
Kebanggaan seorang mahasiswa yang berpenampilan perlente atau tajir jauh dariku. Jangankan kemewahan alat transportasi seperti kebanggaan anak muda sekarang, sekedar pakaian buat kuliah saja aku harus meminjam pada kakakku dan buntut-buntutnya tidak aku kembalikan karena sudah rusak.
Lima tahun sudah aku jalani perkuliahan ini. Setelah lulus, apa yang aku dapat, kerja di perusahaan yang tidak pernah mau menghargai jerih payah karyawannya. Pernah sekali waktu aku ditawari menjadi cleaning servis. Apalagi perusahaan yang aku tempati sekarang ini. Sudah lima tahun lebih aku bekerja, tetapi gajiku sebagai gaji seorang karyawan baru, bahkan lebih kecil dari gaji karyawan yang paling baru.
Sebagai seorang pemuda, tentu suatu kebanggaan memiliki istri cantik dan pinter mengurus rumah, keturunan yang cakep-cakep dan pintar-pintar, serta mempunyai mertua yang sayang dan perhatian. Tetapi semua itu tidak pernah aku dapatkan. Yang lebih tidak pernah aku mengerti, mengapa aku tidak paham-paham dengan kondisi ini. Padahal kondisi ini sudah aku jalani sejak aku masih kecil. Benarkah semua itu karena hukum alam? Yang miskin tersingkir dan yang kaya berjaya.
Aku tidak tahu ….!!!!
Tolong produser film ”Laskar Pelangi”, buatkan film untukku! Aku yakin akan lebih seru ceritanya.
ENOL BESAR
1 komentar Rabu, 29 April 2009Waktu terasa lama, mungkin karena aku kepikiran PR tersebut. Setelah jam delapan kurang lima menit, aku mulai merapikan kertas-kertas naskah LKS yang aku kerjakan. Tepat jam delapan aku keluar dari kantor. Sepuluh menit kemudian aku sampai di rumah. Anakku sudah menunggu di depan pintu sambil membawa buku PR-nya. “Ah Bapak … ngajari salah semua.” katanya. Aku tertawa. Buku langsung aku ambil dan aku lihat. Benar adanya, angka nol besar terpampang di situ dengan bulatan-bulatan kecil membentuk wajah manusia.
Aku duduk di lantai dan meminta dia untuk mengambilkan kertas dan pensil. Satu persatu kukerjakan lagi soal-soal itu. Dengan rumus yang berbeda-beda seperti pada contoh sebelumnya, aku hitung satu persatu. Semua jawaban benar. “Bu Guru ngajarinya bagaimana …?” tanyaku. “Ya … begitu.” kata dia. “Lha … kok salah, inikan sama caranya!” kataku. Oleh karena tidak ada jalan keluar, akhirnya aku putuskan untuk membawa ke kerjaan.
Paginya aku datang lebih awal di kantor, dengan harapan bertemu teman yang memang faknya matematika sebelum jam kerja. Aku tunggu dia di depan gerbang kantor di mana aku biasa nongkrong. Tidak lama kemudian dia datang. Belum sempat dia duduk langsung kusodorkan buku yang aku bawa. “Hitung-hitungan begini benar gak sih? Perasaan benar, kok ini disalahin?” kataku. Temanku mulai menghitung. “Ini benar semua Mas, memang kenapa?” tanya dia. Ahirnya aku ceritakan semua kejadian dari awal sampai akhir.
Di dalam kantor aku masih penasaran. Aku takut kalau jawaban bu guru itu memang benar. Sebab sebelum masuk tadi teman-temanku menyarankan agar aku menanyakan ke sekolah. Untuk menambah keyakinan, aku tanyakan juga pada temanku yang lain, baik yang jurusan matematika maupun yang nonmatematika. Setelah semua jawaban sama, siang itu juga jam istirahat aku pergi ke sekolah.
Jam dua belas lewat lima menit aku sampai di sekolah. Motor aku parkir di halaman depan kantor. Aku langsung menaiki tangga ke lantai dua di mana ruang kantor sekolah berada. “Selamat siang, Pak!” kataku waktu nongol di depan pintu. “Selamat siang. Mau bertemu siapa, Pak?” tanya seorang guru perempuan, atau mungkin tepatnya seorang TU. Sebab kulihat dia sedang sibuk menulis walaupun yang lain pada santai. “Bisa bertemu dengan guru wali kelas tiga?” kataku. “Oya, tunggu sebentar ya, Pak aku panggilkan. Silakan duduk dulu.”
Kulihat di sekelilingku. Beberapa guru sedang istirahat sambil menyandar di kursi, dengan sikap acuh. Tanpa disuruh aku duduk, kemudian mengambil koran untuk dibaca. Belum sempat aku membaca, nongol seorang guru perempuan diiringkan seorang perempuan yang tadi mau memanggil. “Ada apa, Pak?” tanya bu guru itu. “Ini, Bu mau nanya …” kataku sambil menyodorkan buku yang sudah aku persiapkan halamannya. Belum selesai aku ngomong, guru itu memotong. “Bisa kita ke kelas saja, Pak?” katanya. “Oh, bisa …” sahutku.
Tanpa ngomong yang lain bu guru itu memutar badan dan menuju ke kelas. Aku membuntuti dia di belakangnya. Setelah kami sampai di dalam kelas, “Anak-anak, sekarang tenang dulu ya. Bu guru lagi ada tamu, jangan berisik!” pesannya pada anak-anak. Setelah keadaan kelas agak tenang, bu guru itu memulai pembicaraan. “Ada apa, Pak?” katanya. Kusodorkan buku yang sudah terbuka halamannya itu ke atas meja. Kemudian kutarik kursi dan duduk di depan samping meja guru itu menghadap padanya. “Ini, Bu. Hitung-hitungan begini salahnya di mana kok nilainya nol?” tanyaku mulai ingin tahu.
Bu guru itu memperhatikan sebentar. Kemudian katanya, “Ini begini, Pak.” katanya mulai menerangkan. “Seumpamanya ada roti dua. Yang satu dibagi tiga, dan yang satu lagi dibagi empat. Kebagiannya gedean yang mana, Pak?” katanya mencoba untuk meyakinkan. “Gedean yang dibagi tiga, Bu.” jawabku. “La … iya, terus kenapa?” katanya. “Tapi kenapa ini tandanya menghadap ke yang lebih kecil?” jawabku. “Sepertiga kan lebih kecil dari seperempat” katanya. “Ya, enggak Bu. Sepertiga lebih besar dari seperempat. Berarti tandanya harus mengahadap ke sepertiga.” kataku. “Ya enggak!” sahutnya. “Terus kalau nulisnya begitu, kalimat matematikanya bagaimana? tanyaku. Dia diam tidak menjawab.
Dalam situasi begitu, dia belum juga mau mengakui kesalahannya. Aku coba kembali untuk menjelaskan dengan rumus yang lain. “Sekarang kita coba dengan rumus yang ada pada contoh ini, Bu. Kita kalikan secara silang. Sepertiga dikalikan seperempat. Satu kali empat sama dengan empat. Dan satu kali tiga sama dengan tiga. Empat dibanding tiga berarti gedean empat. Berarti tandanya menghadap ke empat.” kataku. “Ya enggak, menghadap ke tiga.” katanya. Berkata begitu namun dia tidak menjelaskan apa alasannya. Sepertinya memang belum paham arti tanda lebih besar dan lebih kecil, termasuk tanda sama dengan. Sebab jawaban yang menggunakan tanda sama dengan juga disalahkan.
Sebenarnya aku sudah capai, laper, kesel, dan pengen ketawa melihat guru ini. Namun sekali lagi aku mencoba untuk sabar dan memahamkan guru itu dengan rumus yang lain. “Sekarang kita gunakan rumus dengan menyamakan penyebutnya.” kataku. Kemudian aku berusaha menjelaskan dengan sejelas-jelasnya menggunakan rumus itu. Ini aku lakukan di papan tulis, layaknya seorang guru. Setelah ketemu jawabannya, dia tahu bahwa itu benar. Namun, sekali lagi dia salah menggunakan tanda lebih besar dan lebih kecilnya.
Oleh karena tidak ada titik temu, akhirnya aku tawarkan solusi untuk pergi ke kantor. Dengan harapan ada pihak ketiga yang bisa membantu. Namun bu guru itu tidak mau, dengan alasan yang tidak jelas. “Bagaimana kalau saya ke rumah Bapak?” katanya menawarkan jalan keluar. “Percuma, Bu sebab di sana tidak ada orang lain yang bisa membantu. Bukannya saya tidak boleh Ibu ke rumah.” kataku. “Bagaimana kalau besuk saya yang ke sini lagi? Mudah-mudahan teman saya ada yang mau menemani ke sini, sehingga dapat membantu.” kataku mencoba untuk mencegah guru itu ke rumah. “Boleh, saya tunggu.” kata guru itu.
Jam dinding sudah menunjukkan jam setengah satu. Aku segera minta pamit. “Maaf, Bu karena sudah siang saya harus kembali ke kantor. Insya Alloh besuk saya ke sini lagi.” kataku. “Oya, Pak silakan. Maaf ya, Pak kalau saya ada kesalahan?” “Nggak apa-apa, manusia memang tempat salah. Jadi wajar kalau ada kesalahan.” jawabku. Akhirnya aku salaman dan pulang.
Sampai di kantor, teman-teman nyamperin aku, pengen tahu bagaimana hasilnya. Aku ceritakan saja semua yang terjadi di sana. Teman-teman pada ketawa. “Bingung kali guru itu.” “Bukan, sebenarnya dia tahu kalau itu salah, cuma malu ngakuinya.” kata temen-temen. Dan masih banyak lagi komentar-komentar yang keluar dari mulut mereka. Setelah puas ngobrolin itu, kami pun kerja kembali.
Jam empat sore aku pulang kerja. Aku tidak ke mana-mana, dan tidak nongkrong dulu karena selain capai memang aku pengen buru-buru pulang dan istirahat. Baru saja aku masuk rumah, anak saya nyamperin dan menyodorkan sebuah amplop. “Amplop dari mana, Jay?” tanyaku. “Dari Bu guru.” jawabnya. Aku tertawa. Buru-buru amplop aku buka. Tepat dugaanku. Setelah aku baca, guru itu mengakui kesalahannya dan minta maaf. “Bu guru ngomong apa, Jay?” tanyaku kemudian. “Nggak, cuma suruh bawa PR-nya, mau dibenerin.” katanya. Pagi harinya, PR itu dibawa ke sekolah. Dan oleh guru itu kemudian yang salah di tip ex dan diganti nilainya.
sepak bola
5 komentar Senin, 27 April 2009A. Sepak Bola
Sepak bola adalah permainan yang paling banyak penggemarnya pada saat ini, baik di luar negeri maupun di Indonesia. Permainan sepak bola tidak diketahui dengan pasti negara yang menemukannya, sebab jenis permainan ini sudah lama dikenal oleh beberapa negara. Di Cina sejak 500 tahun yang lalu sepak bola dikenal dengan nama tsu chu. Di Yunani dikenal dengan nama episkiros, dan di Romawi dikenal dengan nama harpastum. Negara yang pertama kali memperkenalkan sepak bola adalah Inggris.
Teknik Permainan
Pada permainan sepak bola modern seperti sekarang ini, tenik permainan sangat penting untuk dikuasai oleh suatu tim. Kemenangan suatu tim akan ditentukan oleh teknik permainan yang diterapkan, apalagi jika menghadapi lawan yang tangguh. Dalam teknik permainan sepak bola, terdapat dua pola dasar yaitu pola penyerangan dan pola pertahanan.
a. Pola penyerangan
Pola penyerangan dalam permainan sepak bola diterapkan dengan tujuan agar dapat menerobos pertahanan lawan dan menciptakan gol sebanyak-banyaknya, sehingga dapat memenangkan pertadingan. Pola penyerangan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Melakukan gerakan tersusun
Gerakan tersusun ini harus dipelajari dan dipersiapkan secara matang oleh suatu tim, jika ingin dapat menerobos pertahanan lawan dan menciptakan gol. Gerakan-gerakan itu misalnya dari tendangan pertama, tendangan bebas, tendangan penjuru,dan lemparan ke dalam.
2. Pola bermain menghadapi pertahanan yang rapat
Teknik yang cocok untuk diterapkan dalam menghadapi pertahanan lawan yang rapat, adalah dengan operan langsung (wall pass).
3. Pola mencari ruang kosong
Seorang pemain harus pandai dalam mencari ruang kosong atau melepaskan diri dari penjagaan lawan. Hal ini bertujuan agar dapat melakukan operan-operan terobosan untuk melancarkan penyerangan.
Ada beberapa macam pola penyerangan yang dapat diterapkan dalam permainan sepak bola. Pola penyerangan ini harus dipilih dan dilakukan dengan cermat sehingga dapat menemukan celah-celah kelemahan lawan. Dalam melakukan penyerangan juga harus memperhitungkan kemampuan bertahan dan serangan balik yang dilakukan lawan. Pola penyerangan itu antara lain:
1. Pola penyerangan 3 - 2 – 5
Pola penyerangan dalam permainan sepak bola ini dilakukan dengan susunan pemain sebagai berikut.
Tiga orang pemain yang ada di belakang.
Dua pemain yang ada di tengah.
Lima orang pemain yang ada di depan atau sebagai penyerang.
Gambar pola penyerangan 3-2-5
2. Pola penyerangan 4 – 2 – 4
Pola penyerangan dalam permainan sepak bola ini dilakukan dengan susunan pemain sebagai berikut.
Empat orang pemain yang ada di belakang.
Dua orang pemain yang ada di tengah.
Empat orang pemain yang ada di depan atau penyerang.
Gambar pola penyerangan 4-2-4
3. Pola penyerangan 2 – 4 – 4
Pola penyerangan dalam permainan sepak bola ini dilakukan dengan susunan pemain sebagai berikut.
a. Dua orang pemain yang ada di belakang.
b. Empat orang pemain yang ada di tengah.
c. Empat orang pemain yang ada di depan atau sebagai penyerang.
Gambar pola penyerangan 2-4-4
4. Pola penyerangan 3 – 2 – 2 – 3
Pola penyerangan dalam permainan sepak bola ini dilakukan dengan susunan pemain sebagai berikut.
Tiga orang pemain yang ada di belakang.
Dua orang pemain yang ada di tengah pertama.
Dua orang pemain yang ada di tengah kedua.
Tiga orang pemain yang ada di depan atau sebagai penyerang.
Gambar pola penyerangan 3-2-2-3
b. Pola pertahanan
Pola pertahanan diterapkan dalam permainan sepak bola dengan tujuan untuk menghalau dan mempertahankan gawang dari serangan lawan, sehingga tidak terjadi gol. Pola pertahanan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Pertahanan individu (man to man defence)
Dalam pertahanan individu ini, seorang pemain diberi tugas khusus untuk menjaga seorang pemain lawan agar tidak memasuki daerah atau mengacaukan pertahanan, sehingga terjadinya gol dapat dicegah.
2. Pertahanan daerah (zone defence)
Pertahanan daerah adalah pertahanan yang dilakukan oleh seorang pemain untuk menjaga daerahnya. Jadi apabila ada pemain lawan yang memasuki daerahnya menjadi tanggung jawabnya.
3. Pertahanan campuran
Pertahanan ini bebannya lebih berat bagi seorang pemain karena selain harus menjaga daerahnya ia juga harus menjaga pemain lawan yang khusus menjadi tugasnya.
Ada beberapa pola pertahanan yang dapat diterapkan dalam permainan sepak bola, tergantung pada situasi dan tujuan. Apabila situasi memungkinkan untuk mengurangi pertahanan, maka dapat dilakukan serangan dengan dibantu oleh pemain belakang. Namun jika situasi tidak memungkinkan atau untuk mempertahankan kemenangan maka harus dilakukan pertahanan penuh, dengan sesekali saja melakukan serangan balik. Macam pola pertahanan ini antara lain:
1. Pola pertahanan 5 -3 – 2
Pola pertahanan ini dilakukan dengan susunan pemain sebagai berikut.
a.Lima orang pemain yang berada di belakang.
b.Tiga orang pemain yang berada di tengah.
Dua orang pemain yang berada di depan atau penyerang.
Gambar pola pertahanan 5-3-2
2. Pola pertahanan 4-4-2
Pola pertahanan ini dilakukan dengan susunan pemain sebagai berikut.
a. Empat orang pemain yang berada di belakang.
b. Empat orang pemain yang berda di tengah.
c. Dua orang pemain yang berada di depan atau penyerang.
Gambar pola pertahanan 4-4-2
3. Pola pertahanan 4-3-3
Pola pertahanan ini dilakukan dengan susunan pemain sebagai berikut.
a.Empat orang pemain yang berada di belakang.
b.Tiga orang pemain yang berada di tengah.
c.Tiga orang pemain yang berada di depan atau penyerang.
Gambar pola pertahanan 4-3-3
Hiperaktif
1 komentar Sabtu, 25 April 2009Anak ini memang terlalu aktif. Kalau boleh dibilang anak ini hiperaktif, di mana-mana gak bisa diam, selalu ada saja yang dilakukan. Setiap yang dia lakukan selalu bikin orang kesel. Seperti yang dilakukan pada waktu itu terhadapku. Mungkin sudah wajar anak seumuran dia (kurang lebih empat tahunan) ngeselin dan nggemesin. Namun dia sudah kelewat ngeselinnya.
Sebernanya kejadian ini sudah lama sekali, waktu aku masih kelas tiga SD. Waktu itu aku sedang belajar di dalam kelas. Seperti biasa anak ini selalu ikut ibunya mengajar di kelas saya karena di rumah dia tidak ada yang momong. Ayahnya kerja di kota dan mereka hanya tinggal berdua di rumah sewaan, sehingga selalu dibawa ibunya setiap mengajar.
Di dalam kelas anak ini tidak bisa diam selalu berlari ke sana kemari, naik meja dan lompat sani-sini. Kalau lagi kumat isengnya, ada saja yang dilakukan. Ngumpetin pensil, buang buku yang sedang dipakai, atau membawa lari tas keluar kelas dan mengeluarkan semua isinya. Kalau sudah begitu suasana kelas semakin ramai, belajar semakin tidak konsentrasi.
Waktu itu aku dan murid-murid yang lain sedang mendapat tugas membuat puisi di buku masing-masing. Saking seriusnya aku membuat puisi, tidak tahu tiba-tiba anak tersebut sudah nongkrong di depan muka saya.
"Sedang nulis apa mas?" tanya dia kepadaku. "Buat puisi," jawabku. "Kok ... nulisnya di buku?" Belum sempat aku menjawab pertanyaan dia, tiba-tiba hidungku digigit. Oleh karena sakit, sepontan saja aku berteriak dan aku pukul dia. Tidak tahu seberapa besar tenaga yang aku keluarkan, tapi yang jelas dia sampai jatuh terpelanting ke bawah meja. Anak itu tidak ada suaranya, mungkin sedang menahan sakit. Tapi tidak lama kemudian dia menjerit dan menangis sekeras-kerasnya.
Ibunya datang menolong dan memeriksa keadaan anaknya, kemudian membawanya keluar untuk mendiamkannya. Dia tidak bisa berbuat banyak, sebab sudah hafal memang anaknya nakal. "Sakit ....? Makanya jangan nakal. Lihat tu ... hidung masnya putus, ntar hidung kamu buat gantiin! Mau nggak hidungmu buat nggantiin?" Begitulah yang sempat aku dengar suara bu guru menasihati anaknya dari luar.
Aku sendiri di dalam kelas tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya duduk sambil menangis menahan sakit. Sebentar-sebentar aku pegangi hidungku. Teman-teman yang lain datang mengerubutin aku, penasaran ingin tahu apa yang terjadi. Tidak lama kemudian Bapak Kepala Sekolah dan beberapa guru yang lain datang. Mungkin terganggu oleh kegaduhan di kelasku. Setelah tahu apa yang terjadi, aku dibawa ke kantor untuk diobati. Ada sedikit luka di hidungku.
Tidak berapa lama anak itu datang ke kantor menerobos kerumunan anak-anak yang lain bersama ibunya. "Lihat itu hidung masnya luka. Ayo minta maaf!" kata ibunya. Namun lama anak itu tidak juga menyodorkan tangannya. "Ayo minta maaf ...!" pinta ibunya kembali. Sambil muka cemberut anak itu menyodorkan tanganya. "Mana suaranya ....?" tanya ibunya. "Maaf ...!" kata anak itu kemudian. Akhirnya kamipun berjabat tangan.
"Untung hidungnya tidak putus." celetuk salah seorang guru. Mendengar itu semua kami pun tertawa bersama. Sejenak rasa sakit yang aku rasakan hilang. Kami akhirnya kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran.
Daftar Penerbit di Bandung
0 komentar Rabu, 01 April 2009Adhika Eka Sarana
Jl. Bukit Pakar Timur II/109
Agia Media
Jl. Jend. A. Yani 1031
Al–Bayan
Jl. Yodkali 16
Alfabeta
Jl. Geger Kalong Hilir 88
Al–Ma’Arif
Jl. Tamblong 48-50
Alqa Print
Jl. Balai Desa Cibeusi Rt.01/03, Jatinangor
Alumni
Jl. Bukit Pakar Timur II/109
Andira
Jl. Ters. Ciliwung 1
Angkasa
Jl. Merdeka 6
Armico
Jl. Madurasa Utara 10, Cigereleng
Arya Duta
Jl. Revolusi No. 29, Villa Pertiwi, Depok
Bina Budhaya
Jl. Sulaksana Baru VI /11
Bina Siswa
Jl. Padasuka 216
Bina Wiraswasta Insan Indonesia
Jl. Kinanti 7
Citra Aditya Bakti
Jl. Gesan Ulun 17
Citra Karya Utama Press
Jl. Padasuka 216
Citra Kencana
Gg. Abah Muhamad I No. 370/187 B
Citra Penamas
Jl. Galunggung 18
Citra Pindo
Komp. Sukamulya Indah Kav. 3-10, Sukajadi
Dananjaya
Jl. Moh. Toha Blk. 317
Dharma Karya Cipta
Jl. Merdeka 6. Lt II
Diponegoro
Jl. Moch. Toha 44-46
Djatnika
Jl. Banteng 106
Dwirama
Jl. Sawah Kurung 12
Enkazet
Jl. Bojongbuah Raya 6, Katapang - Soreang
Epsilon Grup
Jl. Margaasri 3, Margacinta
Ercontara Rajawali
Jl. Ariodinoto 14
Fitri
Jl. Desa Cipadung 47
Galaxy Puspa Mega
Jl. Curug Raya No. 26, Permata Timur, Jatiwaringin
Ganeca Exact Bandung
Jl. Kiaracondong 167
Geger Sunten
Jl. Setiabudhi 228, Jl. Kapten Abdul Hamid 7
Grafindo Media Pratama
Jl. Pasirwangi 2, Pasirluyu
Humaniora Utama Press
Jl. Rambutan 11A
Indah Jaya Adipratama
Jl. Kopo 633 Km.13,4, Katapang
Indonesia Publishing House
Jl. Raya Cimindi 72
Indra Prahasta
Jl. Jupiter VI / 1
Informatika
Pasar Buku Palasari 82
ITB
Jl. Ganesa 10
Kaifa
Jalan Yodkali No. 16
Kalam Hidup
Jl. Naripan 67
Karang Sewu
Jl. Cisaranten Kulon 140
Karsa Mandiri
Jl. Pairwangi 7, Pasirluyu
Karya Kita
Jl. Pasirwangi No. 2-4
Karyaputri Wardhani
Jl. Bojongbuah Raya 6, Katapang - Soreang
Kesaint Blanc
Gg Lentong No. 9, Jl. Narogong Raya Km. 6.8, Rawalumbu
Lembaga Literatur Baptis
Jl. Tamansari 16
Lubuk Agung
Jl. Palasari 109
M2S
Jl. H. Bardan 31, Ters. Logam
Majalah Trubus
Jalan Raya Bogor Km.30, Mekarsari, Cimanggis - Depok
Mandar Maju
Jl. Sumber Resik 4-19
Maulana
Jl. Yupiter Raya No. 19, Jl. Yupiter VII No. 53-C
Media Iptek Bandung
Jl. Sulaksana I No. 50
Media Pajajaran Waratama
Jl. Anta Baru IV/17
Mega Games Indonesia
Jl. Sulanjana 3
Mizan Pustaka
Jl. Yodkali 16
Mughni Sejahtera
Jl. Palasari 22
Multi Adiwiyata
Jl. Manglid 32, Margahayu Selatan
Musika
Jl. Pitara Gang Rukun II/161, Pancoran Mas
Nuansa Majalengka
Jl. Siti Armilah 1 (Samping DLLAJR)
P & G Kilat Jaya
Jl. Astana Anyar Blk. 156
Pakar Raya
Jl. Sukamaju 28,30,32, Pasteur Sukajadi
Papas Sinar Sinanti
Jamuju Raya Blok XX / 13
Paramaartha Maju
Jl. Banteng 82
Paramedia Komunikatama
Komp. Griya Bandung Indah D1 No. 15
Pembangunan Jaya
Jl. Cisaranten Kulon 140
Perlambang Daya Cipta
Jalan Taman Sakura I Blok L1 No.20, Taman Galaxi Indah,
Permata Artistika Kreasi
Pondok Sukmajaya Permai Blok B2/1
Pionir Jaya
Jl. Jend. Sudiirman 511
Pribumi Mekar
Jl. Soekano-Hatta 473
Pustaka Adhigama
Jl. Palasari 115
Pustaka Buana
Jl. Palasari 113
Pustaka Hidayah
Jl. Rereng Adumanis 31, Sukaluyu
Pustaka Litera Antar Nusa
Jl. Arzimar III Blok B No. 7
Pustaka Madani
Jl. Soekano-Hatta 473
Pustaka Setia
Jl. BKR (Ling. Selatan) No. 162-164
Putera
Jl. Satasiun No. 6, Gombong
Putra A Bardin
Jl. Kembar Timur II No. 3
Ramadan
Jl. Purwakarta 204 Blk.
Refika Aditama
Jl. Mengger Girang 98
Regina
Komp. Duta Kencana 2 Blok A-3 No. 12
Remaja Rosda Karya
Jl. Ibu Inggit Garnasih
Rinjani
Komp. Gandasari Indah B-7, Soreang
Salam Prima Media
Jl. Pasirwangi 2, Pasirluyu
Sarana Cipta Ilmu
Jl. Merdeka 6
Sarana Panca Karya Nusa
Jl. Terusan Kopo 641, Katapang
Siger Tengah
Jl. Cisaranten Kulon 140
Sinar Baru Algesindo
Jl. Jend. A. Yani 44-46
Sony Sugema Presindo
Jl. Ir. H. Juanda 345
Subur Abadi
Margahayu Permai, Jl. Permai II ME-32
Sulita
Jl. Galunggug 18
Tarate
Jl. Terusan Jakarta Timur 170
Tarsito
Jl. Guntur 20
Theme 76
Jl. Singosari 1-D, Pharmindo-Cijerah
Tira Pustaka
Jl. Cemara Raya No. 1 Kav. 10-D, Jaka Permai
Titian Ilmu
Jl. Merdeka 6 Lt. II
Trigenda Karya
Jl. Cijagra III No. 1, Buah batu
Wahana Iptek Bandung
Jl. A. Yani 452